JAKARTA -- Presiden Joko Widodo membentuk
sebuah tim khusus yang akan membantunya menyelesaikan perseteruan KPK-Polri.
Tim Khusus ini akan bekerja memberikan masukan kepada Jokowi.
"Ini
tidak secara formal, tetapi sewaktu-waktu kami diminta untuk memberikan masukan
sehubungan dengan masalah ini," kata mantan Ketua MK Jimly Ashidiqqie di
Istana Merdeka, Minggu malam, (25/1). Pernyataan ini disampaikan Jimly usai
mendampingi Jokowi memberikan keterangan pers.
Tujuannya
pembentukan tim ini, kata dia, untuk meredakan ketegangan di tengah-tengah
masyarakat. Kedua memberi kesempatan proses penegakan hukum yang objektif,
rasional dan transparan sebagaimana mestinya. Jimly memastikan tim ini
independen dan akan membantu presiden sepenuhnya.
"Ini
menunjukkan itikad baik Presiden untuk merespon usulan dari berbagai kalangan
mengenai pentingnya dibentuknya tim independen. Tapi dipandang bahawa supaya
tim itu atau kami ya tidak melakukan hal-hal yang justru kontraproduktif
mengganggu teknis hukum yang sedang berlangsung
Tim ini,
ujarnya, akan terus menjalin komunikasi dengan KPK dan Polri dalam penyelesaian
kasus yang saat ini sedang disoroti yaitu kasus dugaan korupsi Komjen Budi
Gunawan dan kasus Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto di Bareskrim Polri.(flo/jpnn)
Alhamdulillah sebagai bangsa kita patut
bersyukur kepada Tuhan YME, karena dapat mengakhiri tahun 2014 dengan baik dan
lebih khusus bersyukur atas keberhasilan bangsa dalam menyelesaikan genda besar
pergantian pemerintahan yang berlansung dengan sangat baik dan bermartabat.
Memasuki tahun 2015 kita dituntut untuk merenung dan
mengevaluasi banyak hal terhadap kejadian memprihatikan yang menimpa bangsa
ini. Bencana tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan pesawat terbang Air Asia
dan gonjang-ganjing politik perseteruan antara KPK dengan Kepolisian pada
akhir-akhir ini, semuanya menguji kedewasaan kita sebagai bangsa. Menyikapi
berbagai kejadian tersebut, ada baiknya kita maknai sebagi ujian yang
akan mengangkat derajad dan martabat bangsa apabila kita mampu
menyelesaikan dengan arif.
Lembaga Kepolisian dan KPK adalah dua diantara lembaga vital dalam penegakan hukum di Indonesia yang menjadi harapan bangsa ini untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara professional. Keduanya mengemban tugas yang sama memberantas tindak pidana korupsi, oleh karena itu sudah semestinya saling membantu, saling membackup, saling memperkuat dan bersinergi. Dan justru sangat tidak diharapkan apabila diantara keduanya kemudian saling menyerang dan melemahkan.
Kita menyadari bahwa semua yang diciptakan oleh manusia didunia ini termasuk lembaga KPK dan Kepolisian RI pasti mempunyai kekurangan dan kelemahan, sehingga wajib hukumnya bagi lembaga manapun untuk secara legowo menerima kontrol dari manapun asalnya. Kesediaan menerima kontrol, kritik dan koreksi merupakan salah satu indikasi bahwa kita menyadari kalau belum sempurna dan terus berupaya untuk menjadi lebih baik.
Berkaitan dengan kontrol, memang banyak cara yang dapat
dilakukan, namun yang menjadi penting bagi pihak yang menyampaikan kontrol
sebetulnya adalah bagaimana agar substansi kontrol itu bisa diterima dengan
tepat dan bisa ditindaklanjuti oleh pihak yang dikontrol dan bukan menjadikan
mereka terpojokkan.
Ada falsafah jawa yang sudah sering kita dengar dan baca yaitu “Menang
tanpo ngasorake” atau “menang tanpa merendahkan”. Falsafah
ini memberikan pesan pengajaran kepada kita bahwa untuk merubah pemikiran orang
lain agar mengikuti kehendak kita, sebaiknya dilakukan secara elegan, manusiawi
dan menjaga agar orang tersebut tidak merasa digurui apalagi dipermalukan atas
kesalahannya.
Suatu saat mungkin kita pernah mempunyai pengalaman komunikasi yang gagal, pada saat menyampaiakan informasi yang sangat penting buat seseorang tetapi oleh penerima justru memberikan tanggapan sebaliknya bahwa gara-gara cara penyampaian yang kurang tepat, informasi yang maksudnya baik ternyata ditanggapi sebaliknya. Hal semacam ini bias terjadi akibat dari cara menyampaikan yang kurang tepat, baik waktunya, tempatnya ataupun cara komunikasinya. Orang-orang yang arif sangat memperhatikan waktu, tempat dan cara penyampaian dalam berkomunikasi. Waktu, tempat dan cara penyampaian yang ditampilkan dalam nada suara, ekspresi wajah dan gerakan tubuh mempunyai pengaruh besar terhadap ketepatan penerimaan dari lawan bicara.
Mahluk Tuhan di dunia ini secara alami mempunyai naluri untuk mempertahankan diri dari pengaruh disekitarnya. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri apabila diserang dalam artian apabila simbul kehormatannya diusik, hargadiri dilecehkan, dipermalukan dimuka umum pasti akan bereaksi. Ada pepatah yang sering diungkapkan oleh masyarakat “jangankan manusia, cacingpun kalau diijak akan menggeliat”. Ini barangkali salah satu hikmah yang bisa kita petik atas terjadinya perseteruan antara KPK dan Kepolisian.
Sebagai anak bangsa kita sangat berkepentingan agar POLRI dan KPK sebagai institusi negera yang ditugasi memerangi tindak pidana korupsi menjadi kuat, profesional, bekerja dan berjalan seiring, saling memberikan dukungan, tidak perlu ada yang merasa dilemahkan ataupun merasa lebih superior.
Mari turunkan emosional, hilangkan arogansi pribadi, korps dan kekuasaan untuk berfikir lebih luas pada kepentingan bangsa. tidak lagi ada yang merasa terhina, dilecehkan, disalahkan dan dipermalukan. Sebaliknya dalam suasana yang sedang bersitegang seperti ini, tampilan arogansi, kesombongan mebanggakan diri atas kekuasaan yang dimiliki dapat berpotensi memancing reaksi yang sama terhadap rival atau mereka yang merasa menjadi sasaran tembak.
Suatu saat mungkin kita pernah mempunyai pengalaman komunikasi yang gagal, pada saat menyampaiakan informasi yang sangat penting buat seseorang tetapi oleh penerima justru memberikan tanggapan sebaliknya bahwa gara-gara cara penyampaian yang kurang tepat, informasi yang maksudnya baik ternyata ditanggapi sebaliknya. Hal semacam ini bias terjadi akibat dari cara menyampaikan yang kurang tepat, baik waktunya, tempatnya ataupun cara komunikasinya. Orang-orang yang arif sangat memperhatikan waktu, tempat dan cara penyampaian dalam berkomunikasi. Waktu, tempat dan cara penyampaian yang ditampilkan dalam nada suara, ekspresi wajah dan gerakan tubuh mempunyai pengaruh besar terhadap ketepatan penerimaan dari lawan bicara.
Mahluk Tuhan di dunia ini secara alami mempunyai naluri untuk mempertahankan diri dari pengaruh disekitarnya. Manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri apabila diserang dalam artian apabila simbul kehormatannya diusik, hargadiri dilecehkan, dipermalukan dimuka umum pasti akan bereaksi. Ada pepatah yang sering diungkapkan oleh masyarakat “jangankan manusia, cacingpun kalau diijak akan menggeliat”. Ini barangkali salah satu hikmah yang bisa kita petik atas terjadinya perseteruan antara KPK dan Kepolisian.
Sebagai anak bangsa kita sangat berkepentingan agar POLRI dan KPK sebagai institusi negera yang ditugasi memerangi tindak pidana korupsi menjadi kuat, profesional, bekerja dan berjalan seiring, saling memberikan dukungan, tidak perlu ada yang merasa dilemahkan ataupun merasa lebih superior.
Mari turunkan emosional, hilangkan arogansi pribadi, korps dan kekuasaan untuk berfikir lebih luas pada kepentingan bangsa. tidak lagi ada yang merasa terhina, dilecehkan, disalahkan dan dipermalukan. Sebaliknya dalam suasana yang sedang bersitegang seperti ini, tampilan arogansi, kesombongan mebanggakan diri atas kekuasaan yang dimiliki dapat berpotensi memancing reaksi yang sama terhadap rival atau mereka yang merasa menjadi sasaran tembak.
Hidup KPK, Hidup POLRI ….. berkompetisilah dalam melayani rakyat
http://miswanhadi.blogspot.com