CINTA KEPADA ALLAH
“…Dan orang-orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah..” (Al-Baqarah [2]: 165).
Selama Ramadhan kita dilatih untuk memperbanyak ibadah, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Intensitas kita membaca al-Qur’an naik beberapa kali lipat. Frekuensi zikir pun bertambah. Demikian juga kepedulian kita kepada sesama yang kita wujudkan dalam bentuk infak, sedekah, maupun zakat juga mengalami peningkatan. Semuanya itu kita lakukan untuk menambah kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).
Selama Ramadhan kita dilatih untuk memperbanyak ibadah, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Intensitas kita membaca al-Qur’an naik beberapa kali lipat. Frekuensi zikir pun bertambah. Demikian juga kepedulian kita kepada sesama yang kita wujudkan dalam bentuk infak, sedekah, maupun zakat juga mengalami peningkatan. Semuanya itu kita lakukan untuk menambah kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).
Ramadhan
adalah bulan dimana kita sebagai seorang hamba berusaha mendekatkan
diri dan berhubungan secara romantis dengan Allah SWT. Kedekatan
(taqarrub) kepada Allah yang terjalin di bulan Ramadhan semestinya terus
kita pertahankan di bulan-bulan yang lain, bahkan seharusnya bisa
ditingkatkan. Bukankah Syawal artinya peningkatan? Saatnya kita
tingkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Lalu,
bagaimana caranya? Sayid Rasyid Ridha menjelaskan dalam tafsir
Al-Manar-nya, ”Jalan untuk menumbuhkan kecintaan kepada Allah ialah
memperbanyak zikir, pikir, dan pemahaman isi al-Qur’an, serta melatih
diri melaksanakan segala ketentuan syariah.”
Zikir
yang dimaksud adalah mengingat dengan hati yang dibalut dengan niat
yang baik dan tujuan yang suci, merenungkan rahasia dan hikmah di balik
ciptaan-Nya. Ketika melihat sesuatu yang baik, indah, dan sempurna dalam
alam semesta, segera timbul kesadaran kita bahwa semuanya itu adalah
nikmat dan karunia-Nya.
Apabila
cinta manusia kepada Allah semakin lekat, maka kepatuhan dan ketaatan
kepada-Nya semakin bertambah dan kuat, sehingga dengan sendirinya mereka
ridha mengorbankan apa saja yang ada pada dirinya untuk memenuhi
kecintaannya kepada Allah SWT. Waktunya, pikirannya, perasaannya,
tenaganya, hartanya, bahkan jiwanya tak segan-segan dipertaruhkan.
Itulah yang dibuktikan para sahabat yang mencintai Allah SWT melebihi
segala-galanya.