KONSUMEN
Sebelum kita
membas tentang perilaku konsumen akan lebih baik jika kita memahami terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan konsumen itu sendiri. Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan. Apabila pembelian suatu barang tersebut bertujuan
untuk dijual kembali maka itu bukan disebut konsumen, melainkan pengecer atau
distributor. Singkatnya konsumen adalah seorang pembeli suatu barang dengan tujuan
untuk dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali.
1. PERILAKU
KONSUMEN
Nah, setelah
kita mengetahui pengertian dari konsumen itu sendiri maka sekarang kita akan
terlebih dahulu mengulas tentang pengertian perilaku konsumen. Perilaku
Konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevalusian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Namun ada pula yang mengartikan
Perilaku Konsumen sebagai hal-hal yang mendasari untuk membuat keputusan
pembelian misal untuk barang berharga jual rendah maka proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan mudah sedangkan untuk barang berharga jual tinggi
maka proses pengambilan keputusan akan dilakukan dengan pertimbangan yang
matang.
Perilaku
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya yaitu pendapatan, selera konsumen dan harga barang. Setiap
hari kita melakukan pemilihan atau menentukan skala prioritas karena kebutuhan
yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia sangat terbatas. Konsep
pemilihan ini merupakan perilaku mendasar dari konsumen. Konsep dasar perilaku
konsumen menyatakan bahwa konsumen selalu berusaha untuk mencapai kegunaan
maksimal dalam pemakaian barang yang dikonsumsinya. Kegunaan (Utility) adalah
derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan
seseorang.
Jika dilihat
dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang maka dapat dibedakan
mejadi dua :
1. Perilaku Konsumen Rasional
1. Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi
dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut :
·
Barang tersebut dapat memberikan kegunaan
optimal bagi konsumen
·
Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen
·
Mutu barang terjamin
·
Harga sesuai dengan kemampuan konsumen
2. Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku
dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut
membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :
·
Tertarik dengan promosi atau iklan baik di
media cetak maupun elektronik
·
Memiliki merk yang sudah dikenal banyak
konsumen
·
Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir
diskon
·
Prestise atau gengsi
PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku konsumen adalah hal yang
mendasari dalam suatu pengambilan keputusan. Biasanya sebelum maupun sesudah
melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang
mendasari pengambilan keputusan yakni sebagai berikut :
1. Pengenalan
Masalah (Problem Recognition)
Seorang
konsumen akan membeli suatu barang atau produk sebagai solusi atas permasalahan
yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak
dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian Informasi (Information Source)
2. Pencarian Informasi (Information Source)
Setelah
konsumen memahami masalah yang ada maka konsumen akan termotivasi untuk mencari
informasi . proses pencarian informasi dapat berasal dari pengalaman pribadi
maupun pengalaman orang lain
3. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)
3. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)
Setelah
berbagai macam informasi didapat maka konsumen akan mengevaluasi alternative
yang ada untuk mengatasi permasalah yang dihadapi
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Setelah
beberapa alternative strategis yang ada dievaluasi maka konsumen akan membuat
keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan
pembelian dengan menciptakan pembelian yang actual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan
5. Evaluasi Pasca Pembelian (Post-Purchase Evaluation)
5. Evaluasi Pasca Pembelian (Post-Purchase Evaluation)
Proses evaluasi
yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan
pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi
apaka produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini akan terjadi
kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap produk tersebut. Konsumen akan
puas jika produk sesuai dengan harapan dan selanjutnya itu akan meningkatkan
permintaan akan merk produk tersebut pada masa depan. Namun sebaliknya,
konsumen akan merasa tidak puas jika produk tidak sesuai dengan harapan dan hal
ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan
FAKTOR
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam suatu
pengambilan keputusan tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor yang
memengaruhi, berikut ini terdapat beberapa factor internal yang relevan
terhadap proses pembuatan keputusan pembelian
1. Motivasi
(Motivation)
Merupakan suatu
dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu
2. Persepsi (Perception)
2. Persepsi (Perception)
Merupakan hasil
pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya
berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut
3. Pembentukan Sikap (Attitude Formation)
3. Pembentukan Sikap (Attitude Formation)
Merupakan
penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak
suka seseorang akan suatu hal
4. Integrasi (Integration)
4. Integrasi (Integration)
Merupakan
kesatuan antara sikap dan tindakan atau respon atau sikap yang diambil
2. KONSEP PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN
Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
suatu barang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pendekatan Kardinal
1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan
Kardinal atau asumsi memiliki dasar sebagai berikut :
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur
b. Makin banyak barang yang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hokum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasa setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hokum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hokum gossen
d. Tambahan kepuasan atau tambahan 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal sedangkan jika konsumen tidak memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka konsumen akan membayar dengan harga murah
2. Pendekatan Ordinal
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur
b. Makin banyak barang yang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hokum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasa setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hokum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hokum gossen
d. Tambahan kepuasan atau tambahan 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal sedangkan jika konsumen tidak memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka konsumen akan membayar dengan harga murah
2. Pendekatan Ordinal
Mendasar pada
asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuntitatifkan dan antara satu konsumen
dengan konsumen yang lainnya akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam
mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama, oleh karena itu muncul
pendekatan ordinal yng menujukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam
model kurva indifferent (kurava yang menggambarkan hubungan antara dua jenis
barang dimana konsumen mendapatkan kepuasan yang sama pada tiap-tiap titik
kombinasi kuantitas kedua jenis tersebut). Pendekatan ordinal berdasarkan
pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain lalu memberikan urutan dari
hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal adalah untuk
pengukuran indeks prestasi atau pengukuran yang sifatnya kualitatif misalnya
bagus, sangat bagus, paling bagus